PANDUAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH: BIMBINGAN DAN KONSELIN
KELOMPOK
Oleh
Bau
Ratu, S. Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU
PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
HALAMAN
PENGESAHAN
Matakuliah :Bimbingan dan
Konseling kelompok
Sks : 3
(tiga) SKS
Semester : 3 (Tiga)
Program Studi : Bimbingan dan
Konseling
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Penyusun
1.
Ketua : Bau Ratu, S.Pd, M.Pd
2.
NIP :
197405212006042001
3.
Golongan : III a
4.
Jabatan :
Asisten Ahli
5.
Pangkat : Penata
muda
Palu, Juni
2014
Mengetahui Penyusun,
Ketua Program Studi
Drs. Abdul Munir, M.S.i Bau
Ratu, S.Pd, M.Pd
Nip
195512311984031009 Nip.
19740521200604 2001
Menyetujui Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Dra.
Sofyatun, A.R., M.Pd.
NIP. 19531223198103 2 002
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan panduan praktikum bimbingan
dan konseling kelompok, namun praktikan atau mahasiswa dalam melakukan Praktek,
yang menjadi objek (klien) dalam melakukan praktek di kelas hanya menentukan
klien masing-masing, berdasarkan hasil
identifikasi (DCM) oleh calon guru
bimbingan dan konseling dan secara otomatis praktikan tidak lagi menyebarkan
angket atau sejenisnya dalam mencari klien karena itu telah ditentukan oleh
sekolah tersebut.
Penulis
menyadari dalam penyusunan Laporan ini, masih banyak terdapat kekurangan semua
itu dikarenakan masih dalam proses belajar. Kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaanya Laporan ini.
Palu, Juni
2014
Penulis
PANDUAN PELAKSANAAN BIMBINGAN
KELOMPOK DAN
KONSELING KELOMPOK
A. Pengantar
Mata
kuliah praktikum merupakan salah satu komponen inti yang diarahkan untuk membentuk kompetensi
profesional primer dan aspek kognitif. Mengkaji secara mendalam konsep-konsep
praktikum pada program studi bimbingan konseling merupakan pendalaman tentang konsep dan
prosedur dalam melaksanakan praktek pada beberapa maata kuliah yang ditentukan
pada program studi bimbingan dan
konseling termasuk berbagai strategi,
metode, teknik, dan bentuk penyajian praktikum akan dikaji secara kritis
sehingga dapat dieksplorasi melalui berbagai sumber yang relevan.
Kegiatan
praktikum pada setiap matakuliah bertujuan membekali mahasiswa untuk memiliki
dan mampu mengaplikasikan secara tepat pendekatan-pendekatan dalam konseling
sebagai upaya proses pengentasan masalah konseli dengan menghargai dan
mengembangkan potensi-potensi individu, peduli, dan toleran terhadap
kemaslahatan manusia.
Setiap
mahasiswa di harapkan dapat memperoleh pengalaman dan ketrampilan lapangan
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Untuk dapat
meningkatkan kinerja secara profesional dalam bidangnya, mahasiswa harus dapat
mendalami dan menyalurkan teori yang diterimannya di kampus untuk diterapkan
pada setting Sekolah Menengah. Mata kuliah praktikum merupakan kulminasi aplikasi
seluruh teori yang termasuk dalam rumpun Mata Kuliah Keahlian ini memiliki
ruang lingkup dalam menyusun panduan praktikum
Dengan
demikian akan diketahui adanya kesenjangan antara teori dan praktek sehingga
dapat dijadikan masukan bagi pengembangan kinerja bimbingan dan konseling ke
depan.
B. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok dan Konseling
Kelompok
Konseling adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan
pribadi dan sosial, kemampuan belajar, serta perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Layanan konseling kelompok adalahupaya bantuan kepada individu (konseli) dalam suasana kelompok untuk mendiskusikan
atau memecahkan masalah. Pelaksanaannya dalam suatu tempat tertentu dengan
seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) atau lebih untuk membantu
mengarahkan agar konseli dapat memperoleh kemudahan dalam rangka memecahkan
permasalahan.
Tujuan layanan
konseling kelompok adalah
membantu siswa yang mengalami masalah untuk dapat lebih memahami dirinya
sendiri dan mengetahui kemampuan dari dirinya untuk dapat mengatasi masalah
yang dihadapi secara mandiri dan bertanggung jawab serta menjadikan siswa mampu
berkembang menjadi pribadi yang dewasa dan matang yang memiliki keterampilan
yang memadai.
C. Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja model bimbingan kelompok dan konseling kelompok ini adalah:
1. Mengidentifikasi
masalah. Konselor/ Mahasiswa memetakan masalah umum siswa atas dasar hasil
pengumpulan pengolahan dan analisis data siswa, melalui instrument yang
dikembangkan.
2. Menentukan
tujuan berdasarkan hasil identifikasi masalah konseli, dengan beberapa saran
dari Guru mata pelajaran.
3. Perekrutan
anggota kelompok. Konselor membentuk kelompok dalam bentuk kelompok kecil yang
terdiri atas 10 siswa, (4) Merancang kegiatan bimbingan kelompok. Mengatur
jadwal pelaksanaan, tempat dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan.
4. Mensosialisasikan
rencana atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendapat dukungan dari wali
kelas, guru, orang tua atau pihak lain yang dipandang perlu diperhatikan.
5. Melaksanakan
kegiatan bimbingan kelompok yang terdiri dari 4 tahap pelaksanaan bimbingan
kelompok, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap
pengakhiran.
6. Evaluasi
dan tindak lanjut. Konselor/Mahasiswa
mengadakan evaluasi dan tindak lanjut dengan memberikan laiseg yang
terdiri dari understanding, comfortable, dan
action yang diberikan kepada anggota kelompok dalam
setiap pertemuan. Analisis dari
penilaian segera ini dijadikan parameter untuk mengetahui perubahan sikap
melalui pernyataan diri anggota kelompok yang menjadi indikator pikiran dan
tindakan selanjutnya yang akan ditempuh setelah bimbingan kelompok
dilaksanakan.
D. Proses dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok
Setiap
anggota menjaga asas-asas yang disepakati terutama asas kerahasiaan, mengadakan
kontrak kesepakatan waktu, perlu menciptakan kondisi dan interaksi yang
menyenangkan dan penuh keakraban untuk membentuk dinamika kelompok, perlu
ditanamkan perlunya menghargai pendapat antar anggota kelompok, perlu didorong
untuk mengoptimalkan pertukaran pikiran dan pengalaman antar kelompok ketika
membahas topik yang ditugaskan.
Peran
pimpinan kelompok : sebagai perencana (membuat rencana kegiatan layanan
bimbingan kelompok agar layanan dapat dilakukan secara efektif), sebagai fasilitator
(memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anggota kelompok untuk
berpartisipasi atau terlibat dalam diskusi yang dinamis dalam bimbingan
kelompok, mengadakan kesepakatan waktu untuk bimbingan kelompok selanjutnya dan
pimpinan kelompok bertugas mengatur
jalannya layanan bimbingan kelompok mulai dari tahap pembentukan, peralihan,
kegiatan dan pengakhiran), sebagai evaluator (konselor mengadakan penilaian
terhadap pelaksanaan bimbingan kelompok, memonitor perubahan tingkah laku yang
ditujukan oleh anggota kelompok, juga memberikan bantuan lain yang dipandang
perlu bagi peningkatan dan pengembangan potensi siswa).
E. Syarat
Pelaksanaan
Pelaksanaan
bimbingan kelompok harus direncanakan dan dirancang sehingga dapat memberikan
hasil yang optimal sesuai yang diharapkan, perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
1)
Profil Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok
adalah Mahasiswa/ konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik
konseling profesional. Secara khusus, Pemimpin kelompok diwajibkan menghidupkan
dinamika kelompok di antara semua peserta pada setiap tahap pelaksanaan
bimbingan kelompok seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian
tujuan-tujuan umum dan khusus bimbingan kelompok.
Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pimpinan kelompok, agar dapat melaksanakan bimbingan
kelompok dengan baik :Sarjana BK yang telah mengikuti diklat, workshop dan
sejenisnya tentang bimbingan kelompok, mempunyai pribadi yang genuine, mampu
menampilkan sikap yang terbuka, menerima anggota kelompok apa adanya, tulus
membantu tanpa pamrih, menarik, murah senyum, berprilaku terpuji dan mampu
menjadi figure sentral bagi siswanya, mempunyai wawasan yang luas dan utamanya
menguasai minat berwirausaha, mempunyai semangat dan kemauan melaksanakan
bimbingan kelompok yang terpola, mempunyai kemampuan membaca ekspresi wajah
anggota kelompok, mempunyai pengalaman melaksanakan bimbingan kelompok sesuai
standar prosedur operasional (SPO) minimal 10 kali.
2)
Anggota kelompok
Anggota kelompok
dibentuk berdasarkan kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan pelaksanaan.
Keanggotaan bersifat Homogen, dari jurusan yang sesuai, bersifat sukarela .Jumlah
anggota kelompok berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan bimbingan kelompok.
Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu
kecil. Kekurangefektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota
kelompok melebihi 10 orang.
3)
Sarana dan prasarana
Pelaksanaan
bimbingan kelompok agar berlangsung dengan maksimal maka perlu dipersiapkan
segala sesuatu yang akan dibutuhkan adalah ruangan yang kondusif, kursi yang
nyaman dengan posisi melingkar, agar menciptakan suasana nyaman perlu pendingin
ruangan (kipas angin/AC), media yang dibutuhkan dan alat yang digunakan.
F. Tahapan
Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
1) Tahap pembentukan.
Ø Pemimpin
kelompok (PK ) menerima kehadiran anggota kelompok (AK) secara terbuka dan
mengucapkan terima kasih atas kehadiran, kesediaan dan keikutsertaan dalam
bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
Ø Memimpin
Do’a: PK mengingatkan pentingnya berdo’a dalam memulai setiap kegiatan.
Ø Menjelaskan
pengertian dan tujuan bimbingan kelompok dengan bahasa yang mudah difahami AK.
Ø Menjelaskan
cara pelaksanaan bimbingan kelompok dengan jelas dan runtut, PK memberi
kesempatan untuk bertanya, sekiranya AK belum faham terhadap apa yang
dijelaskan PK.
Ø Menjelaskan
asas-asas bimbingan kelompok (sukarela, terbuka, aktif, kegiatan, normatif,
rahasia), PK menjelaskan apa maksud asas-asas tersebut dan apa-apa yang harus
disepakati bersama.
Ø Kesepakatan
waktu, PK menjelaskan waktu ideal bimbingan kelompok berkisar 45 menit. Jika AK
mengusulkan waktu tambahan, PK secara bijaksana mampu mengarahkan tanpa
memaksakan kehendak.
Ø Perkenalan
dilanjutkan dengan permainan, dimaksudkan untuk mengakrabkan dan menciptakan
dinamika kelompok dan suasana yang menggembirakan dan melibatkanAK. Adapun
permainan yang dilakukan disesuaikan dengan topik yang akan dibahas dalam
bimbingan kelompok, sehingga tanpa disadari PK menstimuli materi/ topik, dalam
hal ini aspek-aspek minat berwirausaha.
2)
Tahap
peralihan.
Ø Menjelaskan
kembali kegiatan kelompok, PK mengingatkan kembali kegiatan yang akan dilakukan
pada pertemuan tersebut.
Ø Tanya
jawab tentang kesiapan anggota kelompok untuk kegiatan lebih lanjut.
Ø Mengenali
suasana apabila anggota secara keseluruhan/ sebagian belum siap untuk memasuki
tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut, PK mencermati suasana dan
mampu mengambil keputusan untuk melanjutkan atau berhenti, sehingga AK
benar-benar siap melangkah pada tahap selanjutnya.
Ø Memberi
contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas dalam kelompok.
3)
Tahap
kegiatan.
Ø PK
mengemukakan topik bahasan yang telah dipersiapkan.
Ø PK
Menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok, menstimuli AK
agar terbiasa menganalisa dan melatih AK agar mampu merespon secara tepat.
Ø PK
menyerahkan waktu sepenuhnya untuk life modeling menjawab langsung
pertanyaan dan saling berdiskusi antara AK.
Ø Tanya
jawab dengan life modeling tentang topik yang dikemukakan PK.
Ø Life modeling menjawab pembahasan topik tersebut
secara tuntas, dengan tulus, terbuka dan memberi kesempatan AK untuk terlibat
aktif dalam pembahasan topik dengan tanya jawab yang bersifat multi arah.
Ø Lifemodeling memotivasi AK dalam pembahasan
topik dan menyimpulkan mengenai topik yang telah dibahas.
Ø PK
secara cermat mengamati perkembangan AK selama proses pembahasan dan memberi
ulasan mengenai topik yang telah dibahas.
4) Tahap pengakhiran.
Ø PK
menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri, dalam hal ini memberi
kesempatan AK setelah terkuras tenaga dan pikirannya dalam tahap kegiatan.
Ø PK
melakukan penilaian untuk mengetahui keberhasilan layanan dengan memberikan
lembar penilaian segera (UCA) secara tertulis kepada AK.
Ø PK
menawarkan dan menstimuli AK untuk melakukan kegiatan lanjutan dengan
kesepakatan pada saat itu.
Ø PK
mengucapkan Terimakasih atas kehadiran, perhatian, respon dan keterlibatan AK,
dalam pada tahap sebelumnya.
Ø Berdo’a,
PK mengingatkan kembali berdo’a untuk menutup pertemuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Lutfi. 1994. Pendekatan –Pendekatan Konseling Individual.
Malang: Elang
Mas.
Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Universitas Negeri
Padang
Pujosuwarno, Sayekti.1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset.
Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-Teori
Konseling. Jakarta: DEPDIKBUD.
Rosjidan. 2004. Ketrampilan
Komunikasi Konseling (makalah Semiloka) Jakarta: Prodi BK FKIP Universitas
Katolik Indonesia ATMAJAYA
Winkel,WS dan Sri Hartati. 2004. Bimbingan
dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Hartinah, S. 2009. Konsep
Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : Aditama
Hurlock. 1997. Psikologi
Perkembangan : Suatu pendekatan
sepanjang kehidupan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga
Nurihsan, A. J. 2005. StrategiLayananBimbingan dan Konseling. Bandung : PT Refika
Aditama
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok(L6), Layanan
Konseling Kelompok(L7). Padang : Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Romlah, T. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok.
Cetakan ke-1. Malang : Universitas Negeri Malang
Wibowo, M. E. 2005. Konseling
Kelompok Perkembangan. Semarang : UNNES Press

Tidak ada komentar:
Posting Komentar